Skip to main content

Menangkap Kesalahan

Untuk menangkap kesalahan, baik ejaan, gaya, maupun pemakaian kata, memang ada satu cara, yakni membaca dan membaca naskah tersebut. Mereka yang dikarunai kepandaian mungkin hanya sekali baca sudah bisa melihat kesalahan. Tapi wartawan lain perlu membaca dan membuka kamus berkali-kali untuk mengecek pekerjaanya.

Berikut ini salah satu cara mencari keselahan dalam naskah Anda, tanpa banyak merugikan kelancaran menulis.

Jangan mengecek ejaan atau pemakaian kata pada saat menulis cerita. Berkali-kali membuka kamus atau buku pedoman ditengah proses menulis akan menghambat kelancaran kreativitas dan memakan waktu.

Tapi, segera setelah cerita selesai, perhatikan naskah Anda, kata demi kata. Perhatikanlah setiap kata seolah-olah musuh Anda yang akan menyabot cerita Anda. Kalau ada kemungkin salah, walau sekecil apapun, ceklah kata itu sampai Anda yakin bahwa itu sudah benar, atau Anda harus menggantinya.

Bila waktu memungkinkan, lakukanlah pengecekan ulang sekali lagi. Sering mata Anda terlena pada satu baris atau paragraf, ketika Anda mengecek cerita Anda. Pengecekan ulang akan menghindari Anda dari kesalahan.

Untuk beberapa jenis feature, mungkin Anda perlu bekerja beberapa hari, kemudian mengendapkan cerita itu barang sehari atau dua hari setelah pengecekan sistematis. Kemudian, sebelum menyerahkan cerita itu, seringlah lagi kesalahan yang mungkin ada. Dengan pandangan yang segar, kesalahan sering tampak lebih nyata.

Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pakai, tulislah. Beberapa reporter menyimpan daftar kata yang membingungkannya. Agar ia selalu bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar dengan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat membantu. Bila didesak oleh deadline, sementara itu Anda ragu arti sebuah kata yang hendak Anda gunakan, pakai saja sinonim atau padanannya.

Tapi, harap diingat, jangan membaca ulang sebuah naskah begitu Anda selesai menuliskannya. Beri tenggang waktu, katakanlah lima belas menit hingga setengah jam, sehingga Anda beranjak dengan tulisan yang baru selesai Anda kerjakan. Tinggalkan sejenak komputer Anda, cari kegiatan lain yang santai, misalnya membaca bacaan yang ringan diperpustakaan. Setelah merasa lebih nyaman, barulah kembali ke komputer, ketika membaca ulang tulisan Anda, posisikan diri Anda sebagai pembaca.

Selanjutnya : Mengail, Dengan Lead

Seandainya Saya Wartawan

Comments

Popular posts from this blog

Lead Bercerita (Narrative Lead)

Lead ini, yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri ditengah kejadian. Hasilnya berupa teknik seperti yang dibuat dalam film yang baik. Apakah Anda pernah merasa haus ketika menyaksikan seorang pahlawan Film kehausan di tengah padang pasir? Apakah Anda gemetar di tempat duduk menyaksikan film horor? lead semacam ini sangat efektif untuk cerita petualangan. Misalkan, seorang wartawan melaporkan suasana di sudut sebuah rumah di Bosnia Herzegovina, yang sedang dilanda perang saudara. Kami makan anggur kematian dan anggur itu lezat. Berair, biru kehitaman, manis dan asam. Mereka menggantungkan setandan anggur masak di beranda belakang rumah milik muslim yang istirnya belum lama tewas oleh bom orang serbia. Ini...

Lead Deskriptif (Descriptive Lead)

Lead Deskriptif bisa menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini cocok untuk berbagai feature dan digemari reporter yang menulis profil pribadi. Lead Naratif meletakkan pembaca di tengah adegan atau kejadian dalam cerita, sedangkan lead deksriptif menempatkan pembaca beberapa meter di luarnya, dalam posisi menonton, mendengar, dan mencium baunya. Pemakaian ajektif kata sifat yang tepat adalah kunci untuk lead deskriptif. Seorang reporter yang baik bisa membuat tokohnya hidup, Seolah-olah muncul di tengah barang cetakan yang dipegang pembaca. Reporter sering mencoba memusatkan perhatiannya pada satu unsur yang paling menyolok dari sosok dan penampilan tokohnya untuk diilustrasikan. Wajah syaiful rozi bin kahar sama sekali tak mengesankan bahwa ia seorang bajak laut. ia berpembawaan halus, Sopan, dan ramah (TEMPO,28 Agustus 1993, Perompak Yang Halus Dan Ramah) Untuk kebanyakan pembaca, lead itu mendebarkan. pembaca s...

Lead Bertanya (Question Lead)

Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead imajinatif. Lead ini gampang ditulis, tapi jarang membuahkan hasil terbaik. Dalam banyak hal, lead ini cuma taktik. Wartawan yang menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang ingin ditimbulkan oleh lead ini ialah rasa ingin tahu pembaca, yang belum tahu mestinya terus ingin membacanya, sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu apakah pengetahuannya cocok dengan informasi dari wartawan. Banyak editor enggan memakai lead ini karena pembaca sering dibuat kesal oleh jebakannya. Biasanya lead naratif atau deskriptif lebih disukai. Meskipun demikian, tidak berarti lead bertanya lebih rendah mutunya dari pada yang lain. Kadang-kadang ada cerita yang bisa diberi lead bertanya secara wajar. Seorang wartawan Sekretariat Negara, yang menulis feature tentang kenaikan gaji pejabat tinggi, ...