Skip to main content

Akurat, Mahkota Profesi

Penulis feature tentu membutuhkan imajinasi yang baik untuk menjahit kata dan kalimat menjadi cerita yang menarik. Tapi, seperti juga bentuk jurnalisme lainnya, imajinasi penulis tidak boleh mewarnai fakta dalam ceritanya.

Pendeknya, cerita khayalan tidak boleh ada dalam penulisan feature. Seorang wartawan profesional tidak akan menipu pembacanya, walau sedikit, karena ia sadar etika dan bahaya yang bakal mengancam.

Etika menyebutkan bahwa opini dan fiksi tidak boleh ada, kecuali pada bagian tertentu surat kabar. Tajuk rencana, tentu saja, merupakan tempat mengutarakan pendapat. Dan edisi Minggu surat kabar diterbitkan untuk menampung fiksi misalnya cerita pendek.

Feature tidak boleh berupa fiksi dan setiap pewarnaan fakta tidak boleh menipu pembaca. Bila penipuan seperti itu terungkap, kepercayaan pembaca akan hancur.

Ada beberapa derajat kefiktifan yang paling mencolok ialah bila seorang membuat cerita dengan bahan yang sama sekali bikinan. Untunglah tidak banyak reporter segila itu.

Godaan paling sering terjadi ketika penulis hampir menyelesaikan tulisan yang baik, tapi ada beberapa unsur yang tertinggal. Ia mungkin mencoba memperoleh unsur-unsur itu dengan mengajak tokoh laporannya meramaikan cerita yang condong palsu.

Satu teknik lagi, yaitu dengan menaruh satu kalimat untuk menjadi kutipan ke mulut orang yang diwawancarai. Caranya, wartawan mengawali kutipan yang sudah diarahkan dengan bertanya Apakah Anda... dan menunggu anggukan tanda setuju entah sungguh atau khayalan.

Wartawan yang tidak etis seperti itu memang terdapat di dunia pers, dan seperti lazimnya pembohong, mereka hidup dalam ketakutan bila rahasianya terbongkar.

Untuk kepentingannya sendiri, seorang wartawan harus tahu bahwa nama baiknya merupakan taruhan perjalanan kariernya. Wartawan yang ceroboh terhadap fakta akan segara kehabisan sumber berita yang bisa memberi informasi kepadanya.

Selanjutnya : Mengumpulkan Informasi Yang Tepat

Comments

Popular posts from this blog

Lead Bercerita (Narrative Lead)

Lead ini, yang digemari penulis fiksi (novel atau cerita pendek), menarik pembaca dan membenamkannya. Tekniknya adalah menciptakan suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama, entah dengan cara membuat kekosongan yang kemudian secara mental akan diisi oleh pembaca, atau dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri ditengah kejadian. Hasilnya berupa teknik seperti yang dibuat dalam film yang baik. Apakah Anda pernah merasa haus ketika menyaksikan seorang pahlawan Film kehausan di tengah padang pasir? Apakah Anda gemetar di tempat duduk menyaksikan film horor? lead semacam ini sangat efektif untuk cerita petualangan. Misalkan, seorang wartawan melaporkan suasana di sudut sebuah rumah di Bosnia Herzegovina, yang sedang dilanda perang saudara. Kami makan anggur kematian dan anggur itu lezat. Berair, biru kehitaman, manis dan asam. Mereka menggantungkan setandan anggur masak di beranda belakang rumah milik muslim yang istirnya belum lama tewas oleh bom orang serbia. Ini...

Lead Bertanya (Question Lead)

Lead ini efektif bila berhasil menantang pengetahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Sering lead ini dipakai oleh wartawan yang tidak berhasil menemukan lead imajinatif. Lead ini gampang ditulis, tapi jarang membuahkan hasil terbaik. Dalam banyak hal, lead ini cuma taktik. Wartawan yang menggunakan lead ini tahu bahwa ada pembaca yang sudah tahu jawabannya, ada yang belum. Yang ingin ditimbulkan oleh lead ini ialah rasa ingin tahu pembaca, yang belum tahu mestinya terus ingin membacanya, sedangkan yang sudah tahu dibuat ragu apakah pengetahuannya cocok dengan informasi dari wartawan. Banyak editor enggan memakai lead ini karena pembaca sering dibuat kesal oleh jebakannya. Biasanya lead naratif atau deskriptif lebih disukai. Meskipun demikian, tidak berarti lead bertanya lebih rendah mutunya dari pada yang lain. Kadang-kadang ada cerita yang bisa diberi lead bertanya secara wajar. Seorang wartawan Sekretariat Negara, yang menulis feature tentang kenaikan gaji pejabat tinggi, ...

Lead Menuding Langsung (Direct Address Lead)

Bila reporter berkomunikasi langsung dengan pembaca, ini disebut dengan lead menunjuk langsung. Ciri-ciri lead ini adalah ditemukannya kata Anda yang disisipkan pada paragraf pertama atau paragraf lain. Keuntungannya jelas. Pembaca tidak suka rela menjadi bagian cerita. Penyusunan kata-katanya melibatkan Anda secara pribadi dalam cerita itu. Misalkan seorang reporter mangkal di kantor imigrasi, dan menemukan kesalahan cekal terhadap seseorang yang tidak bersalah. Ia mungkin membuat lead seperti ini: Bila Anda punya nama 'kosian', harap hati-hati. Salah-salah Anda kena cekal, tidak boleh keluar negeri (Tempo, 30 Januari 1993 Gara-gara Nama Sama). Lead seperti itu melibatkan pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia disinggung, jangan-jangan namanya atau nama keluarga dekatnya tergolong nama kodian. Contoh lainnya. Lead ini secara langsung menyeret pembaca kedalam persoalan dan membawanya membaca tulisan secara keseluruhan. Bila harus me...