Mengapa kita harus akurat? Ada banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Tapi, jawaban yang paling tepat adalah karena jurnalisme, diantara sekian banyak definisinya, merupakan sejarah yang ditulis hari ini.
Apa yang Anda tulis hari ini, dalam beberapa hari ke depan sudah menjadi sejarah dan beberapa tahun ke muka sudah dijadikan rujukan oleh sejumlah orang. Kesalahan Anda dalam akurasi, dengan demikian, akan menyesatkan sejumlah orang yang menjadikan tulisan Anda sabagai rujukan. Karena itulah sering dikatakan, akurasi adalah mahkota profesionalisme seorang wartawan.
Ketidak akuratan dalam penerbitan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis. Kemudian ternyata ia salah menulis nama sumber berita.
Seorang wartawan kawakan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta. Bila Anda mewawancari seseorang, tanyakan namanya, umurnya, alamatnya dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan nomor teleponnya serta alamatnya, sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam cerita, tapi reporter harus mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita itu.
Bila nama, umur dan alamat narasumber Anda dapatkan dari tangan kedua, harap dicek pada buku telepon. Bila Anda menyebut umurnya, tanyakan pada sumber berita untuk membetulkannya.
Jangan sekali-kali menganggap Anda mengetahui semuanya. Anda harus selalu mengecek ulang setiap infomasi penting. Bila tulisan Anda menyangkut materi yang rumit, pastikan dulu bahwa Anda mengtahui hal itu. Seorang reporter sering menulis suatu istilah teknis, sedangkan ia tidak tahu atau tidak punya latar belakang sama sekali tentang hal itu. Mungkin seorang wartawan polisi sedang membuat feature mengenai perlengkapan radar yang dipasang pada lampu lalu lintas. Seorang kapten polisi mungkin dengan lancar menerangkan istilah teknis tentang radar, tapi reporter itu harus bisa memberi informasi yang gamblang kepada pembacanya. Maka, seorang wartawan berpengalaman akan sering menghentikan penjelasan kapten itu untuk mencari terjemahan istilah-istilah teknis tersebut yang mudah diterima awam. Umumnya, wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan mengajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartwan yang berdalih macam-macam bila seorang pembaca yang kritis mengirim surat keredaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan itu. Statistik harus dicermati dengan benar, dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara Anda menyajikannya dan apa saja yang Anda masukkan dan Anda tinggalkan. Tanyakanlah pada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka itu. Misalnya, statistik kejahatan yang dikemukakan polisi harus dicek benar-benar sebelum dipakai sebagai petunjuk tingkat kejahatan. Sebab pada kenyataannya, banyak peristiwa kejahatan yang tidak dilaporkan kepada polisi, dan karena itu tidak tercatat dalam statistik. Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Daya kritis dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal itu terjadi.
Selanjutnya : Pengejaan Dan Pemakaian Kata
Apa yang Anda tulis hari ini, dalam beberapa hari ke depan sudah menjadi sejarah dan beberapa tahun ke muka sudah dijadikan rujukan oleh sejumlah orang. Kesalahan Anda dalam akurasi, dengan demikian, akan menyesatkan sejumlah orang yang menjadikan tulisan Anda sabagai rujukan. Karena itulah sering dikatakan, akurasi adalah mahkota profesionalisme seorang wartawan.
Ketidak akuratan dalam penerbitan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian yang tidak disengaja. Seorang reporter mungkin tidak menggunakan waktu secukupnya untuk mengecek informasinya sebelum menulis. Kemudian ternyata ia salah menulis nama sumber berita.
Seorang wartawan kawakan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari kesalahan fakta. Bila Anda mewawancari seseorang, tanyakan namanya, umurnya, alamatnya dan nomor teleponnya. Setelah mengumpulkan informasi, ejalah namanya dan bacakan nomor teleponnya serta alamatnya, sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor telepon tidak ditulis dalam cerita, tapi reporter harus mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan sumber berita itu.
Bila nama, umur dan alamat narasumber Anda dapatkan dari tangan kedua, harap dicek pada buku telepon. Bila Anda menyebut umurnya, tanyakan pada sumber berita untuk membetulkannya.
Jangan sekali-kali menganggap Anda mengetahui semuanya. Anda harus selalu mengecek ulang setiap infomasi penting. Bila tulisan Anda menyangkut materi yang rumit, pastikan dulu bahwa Anda mengtahui hal itu. Seorang reporter sering menulis suatu istilah teknis, sedangkan ia tidak tahu atau tidak punya latar belakang sama sekali tentang hal itu. Mungkin seorang wartawan polisi sedang membuat feature mengenai perlengkapan radar yang dipasang pada lampu lalu lintas. Seorang kapten polisi mungkin dengan lancar menerangkan istilah teknis tentang radar, tapi reporter itu harus bisa memberi informasi yang gamblang kepada pembacanya. Maka, seorang wartawan berpengalaman akan sering menghentikan penjelasan kapten itu untuk mencari terjemahan istilah-istilah teknis tersebut yang mudah diterima awam. Umumnya, wartawan mengambil peranan sebagai seorang pembaca kebanyakan, dan mengajukan pertanyaan sesuai dengan posisi itu.
Bila menggunakan statistik atau data matematis, reporter harus mengecek angka-angkanya dan menghitung. Banyak wartwan yang berdalih macam-macam bila seorang pembaca yang kritis mengirim surat keredaksi dan menunjukkan perhitungan yang keliru dalam tulisan wartawan itu. Statistik harus dicermati dengan benar, dengan penuh kecurigaan. Anda bisa membuktikan apa saja dengan statistik, tergantung bagaimana cara Anda menyajikannya dan apa saja yang Anda masukkan dan Anda tinggalkan. Tanyakanlah pada sumber secara cermat untuk meyakinkan kebenaran angka-angka itu. Misalnya, statistik kejahatan yang dikemukakan polisi harus dicek benar-benar sebelum dipakai sebagai petunjuk tingkat kejahatan. Sebab pada kenyataannya, banyak peristiwa kejahatan yang tidak dilaporkan kepada polisi, dan karena itu tidak tercatat dalam statistik. Seorang reporter tidak boleh membiarkan dirinya menjadi alat untuk menipu masyarakat. Daya kritis dan pengecekan yang teliti sering bisa menghindarkan hal itu terjadi.
Selanjutnya : Pengejaan Dan Pemakaian Kata
Seandainya Saya Wartawan
Comments
Post a Comment