Beberapa feature ditulis dalam bentuk aku sehingga memungkinkan wartawan melibatkan emosi dan pikirannya sendiri. Keterlibatan emosional inilah yang memberikan pada feature aspek menyentuh hati pembaca, yang sangat jarang dicapai oleh sebuah tulisan berita biasa. Keterlibatan emosional itu juga yang memberi kemungkinan pada feature untuk nyaman dibaca.
Wartawan biasanya menyukai petualangan dan pengalaman sambil mencari tema yang mungkin diangkat menjadi tulisan menarik, karena ditulis dalam bentuk aku misalnya, seorang wartawan mengunjungi satu negeri Eropa Timur, dekat setelah komunisme runtuh. Ia catat pengalamannya sejak mengurus visa. Ia ingat pula bagaimana perilaku petugas imigrasi negara itu ketika memeriksa paspornya.
Dalam perjalanan, ia membuat catatan tentang berbagai bekalnya yang sepele, mulai dari sabun, sikat gigi, sampai kembang gula. Ia pun mendapatkan kesan betapa orang-orang di negeri itu ingin sekali berbicara pada orang asing, setelah sekian lama bercakap-cakap dengan orang asing merupakan hal terlarang. Hingga akhirnya, pikiran dan pengalaman pribadinya menjadikan feature itu hidup.
Tapi, para reporter muda harus waspada terhadap cara seperti itu. Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendri lewat penulisan dengan gaya aku. Karena itu, sekalipun ditulis dalam bentuk aku feature tetap tidak bisa mengabadikan satu di antara asas karya jurnalistik yang bagus, yakni asas obyektif.
Selanjutnya : Informatif
Comments
Post a Comment