Tidak seperti menulis berita biasa, menulis feature memungkinkan reporter menciptakan sebuah cerita. Memang, masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat, dan seterusnya sebab feature dengan segala kebebasannya tetaplah merupakan ragam tulisan jurnalistik bukan fiksi.
Kreativitas seorang penulis feature bisa diuji dari kemampuannya mengembangkan sebuah berita biasa atau salah satu aspek berita biasa menjadi tulisan feature yang nyaman dibaca dan perlu. Dengan kata lain, dari suatu peristiwa atau keadaan seorang reporter bisa saja menggagas sebuah feature.
Misalnya, seorang wartawan rubrik wanita selalu ditugasi menulis feature mengenai peringatan hari lahir R.A. Kartini tiap 21 April. Biasanya ia meliput dan menulis hal-hal rutin, seperti riwayat hidup istri kedua Bupati Rembang itu, mewawancarai beberapa tokoh wanita, mereportasekan kerepotan anak-anak perempuan merayakan hari lahir dan sebagainya. Tapi, suatu kali ia bosan dengan itu dan ingin mencari sudut lain.
Ia mungkin menemui para wanita yang nasibnya berada dibawah. penjual sayur keliling yang mesti bangun tengah malam dan kemudian berjalan kaki ke seantero kota menjajakan dagangannya. Penjual jamu gendong tradisional yang sering digoda pekerja bangunan. Penggali pasir yang mesti berkubang di sungai untuk mendapatkan beberapa ribu rupiah sehari. Para pekerja seks komersial dan seterusnya.
Wartawan itu mengikuti mereka di sekitar Hari Kartini, dan mengingat-ingat segala hal yang dilakukan oleh para wanita tadi, apakah mereka juga tahu dan mungkin merayakan hari besar tersebut.
Mungkin juga ia mengajak mereka mengobrol dan menanyakan arti Hari Kartini bagi mereka. Lalu ia kembali mewawancarai tokoh-tokoh wanita, apa komentar mereka tentang Kaum Kartini yang tidak beruntung itu.
Comments
Post a Comment